About my Blog
Blog ini berisi monolog-monolognya A.R.Juna. yang dipublikasikan di atas internet. Semoga dengan membaca blog ini dapat memberikan manfaat tersendiri bagi yang membacanya.

Rabu, 24 Desember 2008

Gajah dan Orang-orang Buta

Saya teringat akan sesuatu yang saya baca di salah satu buku teks dalam salah satu mata kuliah saya dulu.
Saya lupa di dalam buku apa saya membacanya, tapi di dalam buku itu, ketika sampai pada pembahasan tentang definisi akan suatu hal (sesuatu yang dibahas dalam buku tersebut), penulis buku tersebut mengatakan bahwa tidak ada satu definisi yang diterima secara universal akan suatu hal tersebut. Penulis buku tersebut menganalogikannya dengan filosofi tentang gajah dan orang-orang buta.

Gajah merupakan binatang yang sangat besar, jadi ketika para orang buta tersebut diminta untuk menjelaskan seperti apa binatang tersebut, mereka memberikan jawaban yang sama sekali berbeda. Misalnya, orang buta pertama yang berdiri di depan gajah tersebut menyentuh belalai gajah tersebut dan mengatakan bahwa gajah tersebut berbentuk seperti ular yang besar. Sementara orang buta yang kedua mengatakan bahwa gajah tersebut mirip banteng, karena orang buta kedua tersebut menyentuh gading dari gajah tersebut. Seperti yang lain, orang buta berikutnya mengatakan bahwa gajah itu mirip kuda, karena dia menyentuh ekor gajah tersebut. Sementara orang buta yang lain yang menyentuh kaki gajah tersebut mengatakan bahwa gajah tersebut pasti mirip batang pohon. Dan seterusnya sampai orang buta terakhir.

Filosofi ini dapat diterapkan pada banyak hal lainnya, seperti ketika di dalam diskusi akan suatu hal, dalam suatu pertemuan, dalam cara kita memandang kasih sayang, hubungan antar manusia, kejadian yang baru saja terjadi di sekeliling kita, atau dalam bagaimana kita memandang hidup itu sendiri.

Kalau yang saya lihat, penulis buku tersebut ingin mengatakan bahwa sesuatu (misalnya, suatu permasalahan atau suatu kejadian) bisa terlihat berbeda untuk orang-orang yang tidak mempunyai nilai-nilai, minat-minat, dan kepercayaan yang sama. Untuk sebagian orang, saya mungkin hanya menyatakan kembali hal yang sudah jelas, tapi saya pikir banyak orang yang menganggap cara berpikir mereka sebagai yang paling benar dan tidak menghormati cara berpikir orang lain.

Saya sering melihat orang-orang yang memandang diri mereka sendiri sangat tinggi dan mempunyai sikap meremehkan orang lain dan sering kali mempunyai gaya bicara yang tidak menghargai orang lain terutama kepada orang-orang yang mereka anggap lebih rendah dari mereka. Saya cuma berpikir, mengapa kita begitu bangga dengan apa yang kita ketahui (atau punyai) dan menempatkan pengetahuan orang lain (atau orang lain itu sendiri) sebagai hal yang tidak penting?

Manusia ingin diperlakukan istimewa oleh karena itu mereka mencari ekslusivitas. Karena itu pula muncul kompetisi. Namun penting juga bagi kita untuk tetap membuka pikiran dan menghormati pikiran orang lain. Daripada mengatakan “saya benar, kamu salah”, kenapa kita tidak mencoba mengatakan “saya pikir di antara kita tidak ada yang salah, hanya saja kita melihatnya dari perspektif yang berbeda”. Seperti filosofi gajah dan orang-orang buta di atas, kita cenderung mempunyai pemahaman yang berbeda tergantung sudut pandang kita masing-masing.

Tentu saja, saya tidak menganjurkan bahwa kita jangan membela apa yang kita percayai. Malah saya merasa bahwa kita harus membela apa yang kita percayai, sementara itu kita juga harus membuka pikiran dan menghormati orang lain dengan tidak membiarkan ego kita mengambil alih pikiran jernih kita.
Bagi saya menyerang apa yang orang lain percayai dengan cara-cara yang merendahkan orang lain hanyalah terlihat sebagai egosentris.

Apakah kita tidak akan mempunyai pandangan yang lebih luas akan sesuatu hal apabila kita mengombinasikan pandangan-pandangan kita akan sesuatu hal tersebut?

English Version @ wordpress

Jumat, 06 Juni 2008

Batu Besar(大きな石)

Postingan blog kali ini merupakan terjemahan dari blog posting-an contact saya di situs mixi
Karena dia memberikan izin untuk nge-share ke siapa aja, saya terjemahkan terus saya tulis disini, siapa tau anda tertarik...
Menurut saya ini hal yang sebenarnya penting bagi kehidupan, tapi karena umumnya kita merasa udah tahu, jadi pengetahuan ini jadi "taken for granted", yaitu kita nggak terlalu menghargai maknanya walaupun kita tahu...

Intinya sih sebenarnya hanya tentang prioritas...

------------------------------------------------------------------------------------------

Di satu universitas, dalam satu kelas

"waktunya kuis", sang dosen berkata sambil mengeluarkan sebuah toples besar, kemudian ditaruh di podium.

Sang dosen memasukan batu satu persatu ke dalam toples tersebut.

Setelah toples tersebut tidak bisa lagi di masukan batu. sang dosen bertanya pada para mahasiswa, "Toples ini, sudah penuh atau belum?"

Para mahasiswa di dalam kelas tersebut menjawab, "ya"

"Benarkah?", kata si dosen, sambil mengeluarkan ember yang terisi penuh dengan kerikil dari bawah podium.

Kemudian, setelah menuangkan kerikil ke dalam toples, sang dosen menggoyang toples tersebut, sehingga kerikil-kerikil tersebut mengisi celah-celah antara batu yang lebih besar.

Kemudian, si dosen sekali lagi bertanya, "toples ini sudah penuh atau belum?"

Para mahasiswa, tidak bisa menjawab...

Seorang mahasiswa menjawab, "mungkin, belum"
Sang dosen tertawa, "benar sekali", dan kemudian mengeluarkan ember yang berisi pasir dari bawah podium.

Kemudian, setelah menuangkan pasir tersebut ke dalam celah di antara batu dan kerikil, sang dosen mengajukan pertanyaan untuk ketiga kalinya, "toples ini dengan begini apakah sudah penuh?"
Para mahasiswa menjawab dengan suara bulat, "belum"

Sang dosen mengeluarkan teko air, kemudian menuangkan air kedalam toples tersebut sampai ujungnya dan berkata,
"Apa kalian mengerti apa yang ingin saya katakan kepada kalian?"

Seorang mahasiswa mengangkat tangan.
"Walau sepadat apapun jadwal kesibukan kita, dengan usaha yang maksimum, kita mungkin saja bisa menjejalkan hal baru ke dalam jadwal kita yang padat tersebut"

"Bukan itu", jawab sang dosen
"Poin pentingnya bukan disitu. Kenyataan apa yang ingin kami tunjukkan dengan contoh barusan adalah, apabila kita tidak memasukkan batu yang besar terlebih dahulu sebisa mungkin, ruang untuk memasukkan batu tersebut tidak akan ada lagi setelah itu."
"Bagi kehidupan kita, apa yang menjadi batu besar tersebut?"

Hal tersebut bisa pekerjaan, keinginan/tujuan, orang yang kita cintai, keluarga, atau mimpi kita.
Apa yang disini disebut dengan 'batu besar', adalah hal yang paling penting bagi kalian.

Masukkan hal tersebut ke dalam toples terlebih dahulu, kalau tidak, hal tersebut akan hilang untuk selamanya.
Apabila kerikil atau pasir, atau dengan kata lain, hal yang bagi kehidupan kalian bukan merupakan hal yang penting yang dimasukan ke dalam toples terlebih dahulu, apa yang akan terpenuhi?
Kemudian, batu besar, atau dengan kata lain, waktu yang disediakan untuk hal yang paling penting akan hilang, dan hasilnya, hal yang paling penting tersebut itu sendiri tentu akan hilang, bukan?